Jumat, 30 Desember 2011

Hitam Putih Catatan 2011

Sebentar lagi tahun 2011 akan berakhir. Saya baru mulai suka (rutin) membaca mulai tahun ini. Selama tahun ini begitu banyak buku yang sudah terbeli dan baru sebagian yang sudah selesai dibaca. Saya membaca hampir semua genre, sebab yang menjadi patokan buku/novel bagus itu bukan karena genrenya, namun karena kemahiran penulisnya dalam mengemas ide cerita dan genre yang dibawakan.

:: buku yang saya koleksi selama tahun 2011 (sebagian lainnya sedang dipinjamkan)

Setiap orang pasti memiliki bacaan favoritnya masing-masing. Dan saya pun punya list buku favorit yang saya baca selama tahun 2011 ini. Mulai dari sebuah antologi cerpen, novel yang bercerita tentang rumah tangga, novel yang menginspirasi dan berbagai jenis novel lainnya. Bagi saya, buku-buku ini mampu membuat saya tidak sabar untuk menghabiskan bacaan karena gaya penulisannya yang memikat dan ide cerita yang apik.

:: novel-novel favorit saya selama tahun 2011

Di tahun 2011 juga merupakan titik balik saya, dari hanya sekedar penikmat cerita berubah perlahan menjadi seorang yang ingin bercerita juga. Berawal diperkenalkannya saya dengan nulisbuku.com yang membuat saya mengenal beberapa penulis muda lainnya. Perusahaan self-publishing ini juga membuat para penulis muda berkesempatan membukukan karyanya sendiri dengan biaya gratis. Dan dari ratusan judul buku yang dijual disana, saya mempunyai beberapa koleksinya.

::Buku-buku yang diterbitkan melalui nulisbuku.com

Di tahun ini juga saya menjadi saksi seorang teman yang menapaki jalannya menjadi penulis. Berawal dari menjadi penulis indie di nulisbuku.com, buku karyanya sukse menembus penerbit major. Teman saya ini juga yang mengenalkan saya kepada nulisbuku.com. Seorang penulis muda yang membagi pikirannya ke dalam setiap tulisannya, yaitu : Reza Nurul Fajri atau yang lebih dikenal dengan nama Reza Nufa.

:: Wujud novel Ikro karya Reza Nufa. Novel Ikro saat diterbitkan indie (kiri) dan novel Iqra!' diterbitkan di penerbit Diva Press.

Well, semua itu adalah rangkuman pengalaman yang saya rasakan dalam hal tulis menulis dan buku bacaan selama tahun 2011, penuh warna dan sangat menyenangkan. :)

Selamat tinggal 2011. Selamat datang 2012.

Senin, 26 Desember 2011

Resensi Novel : Manusia Setengah Salmon



Judul                : Manusia Setengah Salmon
Penulis             : Raditya Dika
Penerbit           : GagasMedia
ISBN                : 979-780-531-X
Tebal               : 264 halaman

Setiap orang akan mengalami yang namanya perpindahan dalam hidupnya. Baik disadari atau pun tidak, setiap orang akan mengalami sebuah proses yang namanya ‘pindah’ dalam perjalanan hidupnya.

Manusia Setengah Salmon adalah buku ke enam dari penulis novel komedi nomor satu di negeri ini, yaitu Raditya Dika. Di dalam buku terbarunya ini Raditya Dika menyuguhkan 18 bab yang menceritakan makna sebuah kata ‘pindah’ ; pindah rumah, pindah pekerjaan, pindah status dan bahkan pindah hati.

Dengan gaya penulisannya yang khas, Raditya Dika mengajak pembacanya untuk kembali menelaah sebuah proses perpindahan dalam kehidupan dengan sebuah narasi komedi yang khas, penceritaan yang mampu membuat pembaca tertawa sekaligus merenungi perpindahan yang telah terjadi tanpa disadari.

“Hidup sesungguhnya adalah potongan-potongan antara perpindahan satu dengan lainnya. kita hidup di antaranya.” (hal. 254)

Di dalam buku Manusia Setengah Salmon ini Raditya Dika secara garis besar bercerita tentang perpindahan dari satu hati ke hati lain yang dianalogikan seperti saat ‘pindah’ rumah.

“Seperti rumah ini yang jadi terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat lain yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak lagi saling menyamankan tetap dipertahankan untuk bersama. Mirip seperti gue dan dia. Dan dia, memutuskan untuk pindah” (hal. 29)

“Saat ini, gue jadi berpikir, proses pindah hati juga seperti pindah rumah. Terkadang , kita masih membanding-bandingkan siapa pun yang kita temui dengan mantan pacar. Ketika kenalan sama seseorang, kita membandingkan dengan kebiasaan mantan pacar kita. Seperti lazimnya orang yang masih terjebak di masa lalu, orang yang lebih baru pasti kalah dari mantan pacar kita yang sudah lama itu.” (hal. 244)

Selain bercerita tentang esensi kata ‘pindah’ di kehidupan yang dijalani, di dalam Manusia Setengah Salmon, Raditya Dika juga menyelipkan pesan tentang kasih sayang ibu yang tidak pernah luntur di dalam bab Kasih Ibu Sepanjang Belanda. Di dalam bab ini, Raditya Dika baru menyadari perhatian dan cinta yang diberikan oleh ibunya (yang menurut Raditya Dika cukup mengganggu dan over protective) setelah pertemuannya dengan Perek (ya begitulah namanya) temannya dari kota Praha, saat summer course di Belanda.

“Kita gak mungkin selamanya bisa ketemu dengan orangtua. Kemungkinan yang paling besar adalah orangtua kita bakalan lebih dulu pergi dari kita. Orangtua kita bakal ninggalin kita, sendirian. Dan kalau hal itu terjadi, sangat tidka mungkin buat kita untuk mendengar suara menyebalkan mereka kembali.” (hal. 133)

Bab Pesan Moral Dari Sepiring Makanan, Bakar Saja Keteknya dan Jomblonology, menjadi bab yang merupakan Raditya Dika banget. Saat membaca bab tersebut pembaca tidak mungkin dapat menahan tawa, sebab di bab tersebut, Raditya Dika membuktikan dirinya adalah penulis buku komedi terlaris di negeri ini.
Secara keseluruhan, novel Manusia Setengah Salmon mampu mengocok perut pembaca dengan gaya komedi khas Raditya Dika, namun juga mampu menimbulkan efek galau saat membaca beberapa bab yang ada di dalamnya, yaitu ; Sepotong Hati di Dalam Kardus Coklat, Penggalauan, Mencari Rumah Sempurna, Manusia Setengah Salmon.

Namun dibalik kesuksesan Raditya Dika meramu buku Manusia Setengah Salmon, tetap ada beberapa bab yang menurut saya ‘gagal’. Ya, gagal menghadirkan komedi yang lucu atau pun menyampaikan pesan moral, sehingga di bab tersebut menjadi cenderunga garing saat dibaca. Bab tersebut adalah bab Emo.. Emo.. Emo.. Emotikon! Hal yang Tidak Seharusnya Dipikirkan tapi Entah Kenapa Dipikirkan, dan Serupa tapi Emang Beda.Saya memberikan rating 8 dari 10 bintang.



Peresensi : Danis Syamra
Id Twitter : @danissyamra
Email : da.nis_syamra@yahoo.com

Jumat, 16 Desember 2011

Resensi Novel : Dunsa

Judul : Dunsa
Penulis : Vinca Callista
Penerbit: Atria
ISBN : 978-979-024-492-4
Tebal : 453 halaman

Bagaimana rasanya jika setelah hidup selama 17 tahun, dan tepat di hari ulang tahun ke-17 itu, kita dihadapkan kenyataan yang tidak pernah dibayangkan? Itulah yang dialami oleh Merphilia Dunsa, dia yang selama ini tinggal di sebuah tempat terpencil bersama bibinya, baru mengetahui asal usul dirinya yang sebenarnya di hari ulang tahunnya yang ke-17.

Dunsa adalah sebuah karya fiksi fantasi dari Vinca Callista. Novel yang bercerita seorang perempuan bernama Merphilia Dunsa yang tinggal bersama bibinya, Bruzila Bertin, di sebuah pedalaman hutan di daerah Tirai Banir yang berada dalam sebuah dunia yang bernama Prutopian. Di Prutopian terdapat empat Negeri Besar, yaitu Delmorania, Ciracindaga, Fatacetta dan Niraniscala, serta beberapa tempat lainnya yang tidak menjadi bagian dari empat negeri besar tersebut. Di Prutopian hidup berbagai jenis makhluk. Negeri Fatacetta merupakan negeri para peri yang disebut Fatta. Di bagian utara Prutopian, yaitu Kepulauan Borelis merupakan tempat terlarang, karena banyak monster yang tinggal disana, seperti Canisadin, Oro-Roku dan lainnya. Di Prutopian juga ada golongan Zauberei yang merupakan kelompok penyihir, mereka tinggal di Pegunungan Isaura. Dunsa sendiri tinggal di hutan Tirai Banir yang berada di dalam kekuasaan negeri Niraniscala.

Di hari ulang tahunnya yang ke-17. Merphilia Dunsa baru mengetahui asal usul dirinya yang sebenarnya. Dia adalah keturunan dari seorang wanita yang menamai dirinya Ratu Veruna–lebih dikenal dengan sebutan Ratu Merah–yang pernah memporak-porandakan negeri Niraniscala di masa lalu–saat terjadi Perang Merah antara Ratu Veruna dan negeri Niraniscala– dan berhasil membunuh Claresta Ardelazam yang merupakan Raja Niraniscala pada saat itu, yang juga ayah dari Dunsa. Ya, Dunsa adalah anak dari hubungan gelap antara Raja Claresta dan Ratu Merah yang bernama asli Megorgo Dunsa.

Di hari ulang tahunnya yang ke-17 juga, Dunsa diberitahu oleh Zeuberei bahwa Ratu Merah yang harusnya sudah mati saat terjadi Perang Merah, telah dibangkitkan kembali oleh sebuah sihir kuno yang dituliskan dikitab sihir kuno yang tidak diketahui keberadaannya dan tidak ada yang tahu siapa yang membangkitkan Ratu Merah. Zeuberei memberitahu Dunsa bahwa di kitab kuno tersebut disebutkan bahwa prajurit terpilih yang mampu membunuh Ratu Merah hanya orang yang berasal dari Ratu Veruna itu sediri, dengan kata lain adalah anaknya, yaitu Dunsa. Hanya dialah yang mampu membunuh kembali Ratu Merah yang merupakan ibunya. Dan dia diminta untuk tinggal di istana Naraniscala, untuk bergabung dengan Sena Naraniscala–tentara negeri Naraniscala.
Sejak hari itu, hidup Dunsa berubah total. Dia yang selama ini hidup hanya berdua dengan Bruzila di hutan Tirai Banir, kini harus tinggal di Istana Naraniscala, dimana hampir seluruh penghuni istana membencinya karena dirinya adalah keturunan Ratu Merah. Hanya Ratu Alanisador Ardelazam–penguasa Naraniscala saat ini–dan Pangeran Skandar Ardelazam–putra Maharaja Claresta Ardelazam–yang percaya dan memberi dukungan kepada Dunsa di awal kehadirannya di istana Naraniscala. Sejak itu Dunsa menjalani pertualangannya bersama Pangeran Claresta dan Jendral Adelarda untuk mencari cara untuk membunuh Ratu Merah.

Di novel ini Vinca Callista mengajak pembaca untuk menikmati liarnya imajinasinya. Dunsa bukan hanya novel yang bercerita tentang peperangan antara Ibu dan Anak saja. Dengan kekuatan deskripsi yang kuat, Vinca Callista membuat kita saat membaca mampu menerjemahkan suasana dan latar tempat di dalam cerita dengan baik. Novel ini pu mengkisahkan tentang cinta yang melebihi batas ‘darah’ dan persahabatan yang sangat kuat yang diperlihatkan oleh Bruzila Bertin. Twist-twist yang dihadirkan oleh Vinca Callista di setiap chapter, membuat pembaca selalu berdebar-debar. Kisah cinta segitiga antara Pangeran Claresta, Dunsa dan Putra Mahkota Wavilerma menjadi semacam bumbu-bumbu yang menambah cita rasa novel ini saat dibaca. Secara umum novel ini nyaris tidak ada celah kekurangannya. Novel yang wajib dibaca bagi pembaca yang sangat menggilai cerita fantasi dan pertualangan.

Peresensi : Danis Syamra
Id Twitter : @danissyamra
Email : da.nis_syamra@yahoo.com

Resensi Novel : Iqra

Judul : Iqra’!
Penulis : Reza Nufa
Penerbit: Diva Press
ISBN : 978-602-978-907-2
Tebal : 370 halaman

Alam adalah tempat belajar yang paling luas. Dari alam dan lingkungan sekitar kita dapat mempelajari hal-hal lain yang tidak diajarkan di bangku sekolah manapun. Novel Iqra’! adalah novel debut seorang penulis muda yang bernama Reza Nufa. Novel yang bercerita tentang tokoh Asep dan kehidupan serta cara pandangnya melihat alam dan lingkungan.

Asep adalah seorang pemuda yang lahir disebuah desa kecil dan hidup dengan Nenek Aminah, neneknya yang sangat bijak dan dia sayangi. Berkat bimbingan Nenek Aminah ini Asep tumbuh menjadi seorang pemuda yang kritis dan peduli akan lingkungan. Nenek Aminah sering memberi nasehat kepada Asep, yang nantinya nasehat-nasehat itu akan dapat membuat Asep menjadi lebih bijak dan cerdas dalam menjalani hidupnya.

“Dalam tubuhmu itu, ada jiwa. Perasaan itu bersumber dari jiwa. Jiwa itulah yang membuat hatimu bisa menyadari baik dan buruk. Jadi, tetap ada hubungannya dengan hati yang kamu sebut tadi. Hati itu adalah rumahnya perasaan.” (Hal 16)

“Nak, alam itu sudah terikat dengan aturannya sendiri. Mereka tidak punya akal namun mereka tidak akan salah dan tidak boleh disalahkan.” (Hal 99)

Asep yang tumbuh dewasa melanjutkan sekolahnya di kota. Dia hidup bersama Kang Jalal yang merupakan kenalan dekat Nenek Aminah. Asep disekolahkan oleh Kang Jalal, dia satu sekolah dengan anak perempuan Kang Jalal, yaitu Nisa. Selama sekolah dan tinggal dikota, Asep semakin banyak melihat problematika kehidupan. Wawasan dirinya terus bertambah dan semakin kritis terhadap fenomena yang terjadi. Maka dari itu dia menuliskan semua unek-unek pikirannya di sebuah buku, yang nanti diberi judul IKRO. Melalui buku itu, Asep bercerita banyak tentang apa saja yang ada di dalam benaknya ; tentang kehidupan masyarakat, fenomena perbedaan agama, tentang lingkungan, tentang dirinya menyikapi perasaan cinta dan hal lainnya.

Di novel ini, terdapat banyak sekali pesan moral yang dapat dipetik. Banyak sekali makna yang dapat diambil dengan membaca novel ini. Hampir disetiap bab yang ditulis oleh Reza Nufa, selalu ada quotes-quotes yang mengajak pembaca memikirkan kembali apa yang telah kita lakukan selama ini. Novel ini juga seolah menjadi cermin dari sudut pandang kita memandang lingkungan sekitar.

“Ada banyak sekali. mereka mengkotak-kotakkan diri. Mereka saling membiarkan, mereka tidak saling bersatu.” (hal 212)


”Ada banyak gerombolan manusia primitif di bangsa ini, bahkan mereka yang mengaku elit.”

Novel Iqra’! adalah sebuah novel yang menginstrepretasikan pemikiran Reza Nufa yang dituangkan dalam tokoh Asep, sebagai kritik sosial secara tidak langsung. Novel ini merupakan curahan hati secara tidak langsung dari Reza Nufa yang miris akan apa yang terjadi kepada bangsanya. Melalui novel ini, pembaca akan secara tidak langsung akan menyelami pemikiran-pemikira yang dipikirkan oleh penulis dan orang-orang secara umumnya.

Pesan yang cukup kuat dalam novel Iqra’! ini menjadi kekuatan utama dalam novel ini. Penggunaan kalimat-kalimat metafora yang penulis gunakan dalam novel ini, semakin menambah warna tersendiri saat membaca novel ini. Penulis juga sering menggunakan analogi-analogi dalam percakapan binatang, tumbuhan dan makhluk lainnya sebagai contoh kasus.

“Itulah binatang, Nak. Mereka tidak punya akal. Gara-gara semut yang satu tidak ada antenanya jadi dianggap berbeda oleh semut yang lain.” (Hal 15)

Walaupun secara materi, novel ini memiliki nilai yang sangat bagus. Namun novel ini memiliki kekurangan, yaitu dalam hal narasi. Narasi yang dituliskan dalam novel Iqra’! ini sedikit bertele-tele yang bisa membuat pembaca sedikit bosan. Dan tempo yang digunakan oleh Reza Nufa dalam novel ini juga tidak stabil. Terkadang dalam satu bab tempo yang digunakan lambat, bahkan sangat lambat. Namun, di bab lainnya tempo yang hadir di bab tersebut sangat cepat.

Diluar kekurangan yang ada di novel Iqra’! ini, novel ini tetap merupakan novel yang sangat bagus dan ‘berbobot’. Banyak sekali nilai dan pesan moral yang dapat dipetik setelah membaca novel ini. Membaca novel ini, pembaca dapat merenung, tertawa, tersenyum dan bahkan menangis.

Resensi Novel : Once Upon A Love

Judul : Once Upon A Love
Penulis : Aditia Yudis
Penerbit: GagasMedia
ISBN : 979-780-518-2
Tebal : 192 halaman

“Merindukanmu membuatku sempat lupa kenapa aku harus melupakanmu. Kau cinta yang bertepuk sebelah tangan. Kekasih yang tak pernah kumiliki. Kau memori yang seharusnya kusimpan dalam kotak dan kubuang jauh-jauh.”

Kalimat di atas adalah kalimat yang mewakili jiwa dari novel Once Upon A Love. Novel kedua karya Aditia Yudis yang bercerita tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan. Novel ini mengisahkan keteguhan Lolita yang jatuh cinta kepada Ferio, seorang yang dikenal oleh Lolita di sebuah komunitas menulis dan menjadi mentor serta senior bagi Lolita di komunitas tersebut. Ferio yang bersikap baik dan ramah kepada Lolita dengan memberikan arahan-arahan dan masukan atas tulisan-tulisan Lolita, mampu membuat perempuan itu jatuh hati kepada seniornya. Walaupun mereka belum pernah bertemu sama sekali dalam dunia nyata.

Pertemuan pertama antara Lolita dan Ferio terjadi di sebuah gathering nasional komunitas menulis yang mereka ikuti. Lolita menyangka pertemuannya akan berlangsung dengan indah, namun kenyataan yang didapatkannya adalah bahwa Ferio datang bersama perempuan lain, yaitu Drupadi yang merupakan sahabat perempuannya yang sangat dengan Ferio. Dimanapun ada Drupadi, disana pasti ada Ferio.

Hubungan yang sangat dekat antara Ferio dan Drupadi tidak membuat cinta Lolita kepada Ferio surut. Dengan semua perasaan yang dimilikinya kepada Ferio, Lolita menjadikannya sebagai ide novel miliknya dan menuangkannya semuanya disana.

Dua tahun berjalan semenjak pertemuan pertama dengan Ferio dan Drupadi, Lolita menerbitkan novel terbarunya yang berjudul Inspirasi, novel yang merupakan curahan isi hati Lolita kepada Ferio. Novel tersebut merupakan ungkapan cinta secara tidak langsung dari Lolita kepada Ferio. Walau dua tahun sudah berlalu sejak pertemuan pertama mereka, Lolita masih mencintai Ferio. Dia masih menjaga dengan baik perasaannya kepada lelaki itu.
Cinta yang awalnya dipertahankan oleh Lolita sedemikian tahun, dengan harapan waktu dapat membuat hati sang Ferio berpaling kepadanya. Namun Lolita harus mendapat kenyataan bahwa dahsyatnya Sang Waktu tidak dapat menggeser posisi Drupadi–perempuan yang menjadi sahabat serta orang yang paling disayang oleh Ferio–dari dalam hati lelaki pujaannya itu.

Setelah dua tahun lamanya, Lolita kembali bertemu dengan Ferio dan Drupadi dalam keadaan yang sangat berbeda dari pertemuan sebelumnya. Tidak ada lagi Ferio yang selalu menempel kepada Drupadi. Lolita yang awalnya percaya bahwa dia sangat mengenal Ferio menyadari bahwa sebenarnya dia sama sekali tidak mengenal Ferio. Ada kisah kelam yang dialami oleh Ferio dan hanya Drupadi yang mengetahui hal itu. Lolita juga tidak tahu sebelumnya bahwa Drupadi dan Ferio putus komunikasi selama hampir dua tahun. Lolita menyadari banyak hal yang tidak dia ketahui mengenai lelaki pujaannya itu.

Penggambaran kuat deskripsi suasana dan latar tempat yang Aditia Yudis buat dalam novel ini membuat pembaca tidak kesulitan untuk membayangkan isi cerita.

“Hujan sudah berhenti, tinggal tersisa rintik-rintik. Namun, awan-awan hitam itu belum sepenuhnya terusir pergi.”

Pilihan kata dan rangkaian kalimat yang penulis buat, semakin menambah nyaman suasana saat membaca novel ini, sehingga membuat novel ini sangat mengalir saat dibaca dan tidak membosankan. Penggambaran karakter tokoh yang kuat dan konsisten juga menjadi nilai lebih yang disajikan oleh penulis, yang menjadikan setiap karakter yang ada di dalam novel ini terasa sangat hidup.

Walau memiliki kekuatan deskripsi dan penggambaran tokoh yang kuat, novel ini masih memiliki celah. Ending cerita yang dibuat oleh Aditia Yudis sudah bisa ditebak sejak awal. Bahwa Lolita tidak akan mendapatkan cinta dari Ferio. Begitu pun dengan Ferio yang tidak bisa menjadikan Drupadi sebagai kekasihnya. Mereka bertiga hanya memeluk cintanya masing-masing tanpa saling memiliki.

Terlepas dari mudah ditebaknya ending yang dibuat, novel Once Upon A Love ini memiliki kekuatan cerita yang bagus dan mengalir. Sebuah kisah dari kegigihan seorang perempuan terhadap apa yang dia cintai dan kisah tentang teguh serta konsistennya seorang lelaki yang jatuh cinta kepada seseorang yang tidak akan pernah bisa dimiliki.